Pada
zaman ini, aku tidak menasehatkan atau menganjurkan untuk
menggunakan hajr sebagai solusi karena mudharatnya
lebih besar ketimbang manfaatnya. Dan dalil terbesar adalah fitnah
yang sekarang ini terjadi di Hijaz. Mereka semua dipersatukan oleh
dakwah tauhid, dakwah kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun,
sebagian di antara mereka memiliki kegiatan khusus, baik dalam
bidang politik atau dalam sejumlah pemikiran yang sebelumnya tidak
dikenal dari seorang pun ulama, yang bisa jadi pemikiran tersebut
kadang benar dan kadang salah. Maka kita tidak sabar untuk mendengar
sesuatu yang baru, terutama apabila perkaranya adalah suatu yang
tampak jelas oleh kita sebagai suatu kemungkaran, sehingga kita
langsung begitu saja memeranginya.
Ini
adalah suatu kesalahan wahai saudaraku… ini adalah kesalahan!!! Apa
kau mengharap teman yang tak punya kesalahan sedikitpun? Namun
apakah kayu gaharu dapat terbakar tanpa mengeluarkan asap???
Kami
berangan-angan sekiranya Ikhwanul Muslimin hanya sama seperti
kita dalam masalah tauhid, itu saja. Hanya sama dalam tauhid saja
sehingga Anda bisa bersama mereka namun mereka tidak ridha bersama
kita walaupun dalam masalah aqidah. Mereka menganggap bahwa
menghidupkan khilafiyah hanya mencerai-beraikan barisan dan
seterusnya… Mereka, saudara-saudara kita tersebut, menyempal dari
mereka
sebuah jama’ah atau mereka yang menyempal dari
jama’ah –wallahu a’lam-, mereka itu (sebenarnya) bersama kita
di atas jalan kita, yakni al-Qur’an, as-Sunnah dan di atas manhaj
as-Salaf ash-Shalih. Hanya saja mereka membawa suatu pemikiran
baru yang kenyataannya sebagiannya salah dan sebagiannya benar.
Lantas,
mengapa kita sekarang menyebarkan di antara kita dan sebagian kita
kepada sebagian yang lain, perpecahan dan tahazzub
(berpartai-partai) dan ta’ashshub (fanatisme? Padahal dulu
kita –ahlus sunnah- adalah satu kelompok, lalu kemudian menjadi dua
kelompok dan kemudian menjadi tiga kelompok. Jadilah ahlus sunnah
(dengan sebutan) Safariyyun,[23]
Sururiyyun.[24]
dan seterusnya…[25]
Allohu Akbar!!! Yang memecah belah mereka hanyalah suatu
perkara yang tidak layak untuk menjadi sebab perpecahan. Tidak ada
perbedaan pada perkara-perkara besar yang tidak terbayangkan bahwa
salafiyyun akan bertikai di dalamnya. Kita semua tahu dengan
baik bahwa
para
sahabat berselisih di dalam beberapa permasalahan, namun manhaj
mereka tetap satu!!!
Jadi,
apabila ada sejumlah orang yang menyeleweng dari jama’ah ahlus
sunnah atau ath-Tha’ifah al-Manshurah, maka hendaknya kita
mensikapi mereka dengan lemah lembut dan halus wahai saudara, dan
kita harus berupaya menjaga mereka agar senantiasa bersama jama’ah.
Kita tidak menghajr dan mengisolir (muqotho’ah)
mereka, kecuali apabila kita khawatir akan suatu keburukan dari
mereka. Namun kekhawatiran ini tidaklah muncul dan tampak begitu
saja. Tidak sesederhana apabila ada seorang yang menampakkan sebuah
pendapat yang menyelisihi pendapat jama’ah maka dengan serta merta
kita langsung segera memboikotnya. Kita harus sabar tidak
tergesa-gesa dan meneliti lebih dahulu, semoga Alloh memberi
petunjuk kepada hatinya atau kemudian telah menjadi jelas atas kita
bahwa mengisolir (muqotho’ah)-nya ternyata cara terbaik.
Penanya
:
Apakah ada hal lain yang diperlukan selain menegakkan hujjah
kepada orang kafir agar dapat digolongkan sebagai kafir, atau kepada
seorang mubtadi’ agar dapat digolongkan sebagai mubtadi’,
atau maksiat, seperti meyakinkan atau menghilangkan syubhat
(keragu-raguan)?
Syaikh :
Tidak, hal ini tidak perlu. Namun apa yang diperlukan adalah ilmu.
Karena dengan ilmulah hujjah dapat tegak. Dia (orang yang
menegakkan hujjah, pent.) haruslah seorang pewaris
nabi (ulama, ed.) dan bukan orang biasa di antara
orang-orang yang bermacam-macam.
Penanya
:
Apakah jama’ah tabligh termasuk kelompok yang dibicarakan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam? Apakah al-Ikhwan
dan at-Tabligh termasuk diantara kelompok (yang selamat) yang
nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengabarkannya kepada
kita??
Syaikh :
Tidak… tidak…
al-Ikhwan al-Muslimun di dalam barisan mereka, terdapat
anggota-anggotanya yang berasal dari berbagai macam kelompok.
Diantara mereka ada yang syi’ah dan lain lain… oleh karena itu,
tidaklah benar menyematkan kepada mereka label tunggal. Bahkan
sesungguhnya kita katakan siapa saja di antara anggota-anggota
mereka yang menggunakan manhaj yang menyelisihi manhaj (salaf), maka
individu tersebut bukanlah termasuk al-Firqoh an-Najiyah
(golongan yang selamat). Bahkan, ia termasuk golongan yang binasa.
Salafiyyun sendiri… apa yang Anda fikirkan? Penilaian
terhadap mereka juga dibuat pada tiap individunya masing-masing…
(Selesai)
[23].
Penisbatan kepada Safar Hawali, salah seorang warga Negara Arab
Saudi yang memiliki penyimpangan dalam masalah takfir dan
memiliki buku-buku yang bernuansa politis dan isinya menuduh para
ulama dengan tuduhan-tuduhan keji, semisal tidak faham waqi’
(realita), bodoh, mudah dibohongi penguasa, dan semisalnya. Dia juga
menuduh Syaikh al-Albani sebagai murji’ah di dalam bukunya
Zhahiratul Irja’. Dia memiliki buku yang berjudul al-Wa’du
Kissinger yang dianggap fenomenal oleh pengikutnya, terutama
ketika kasus “teluk” sedang panas-panasnya. Syaikh Albani di dalam
kaset lain ketika ditanya tentang dirinya beliau menjawab bahwa
Safar dan orang-orang yang sepemahaman dengan dirinya adalah
khorijiyah ashriyah (Neo khowarij). Lihat pula pembahasan
tentang Safar Hawali oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani di
dalam kitab Madarikun Nazhor fis Siyasah.
[24].
Penisbatan kepada Muhammad Surur Zainal ‘Abidin., mantan Ikhwanul
Muslimin yang beralih ke manhaj salaf namun pada akhirnya nuansa
ikhwani pada dirinya masih kental. Syaikh Ahmad Yahya
an-Najmi hafizhahullahu dalam al-Fatawa al-Jaliyah
menyatakan bahwa pada dirinya terdapat sya’iun (sesuatu) dari
sunnah dan sesuatu dari bid’ah, syaikh an-Najmi meringkas tiga
kesalahan utamanya yaitu : (1) menyerukan untuk melawan penguasa
kaum muslimin, (2) jihad dalam artian keluar memerangi penguasa kaum
muslimin dan (3) menuduh para ulama bodoh terhadap fiqhul waqi’.
Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Washobi al-‘Abdali di dalam
Isyruuna Ma’khudzan ‘alas Sururiyyah menjelaskan 20 kesalahan
Muhammad Surur.
Berikut ini akan kami nukilkan beberapa di antaranya
:
-
Dia (Surur) mengatakan di dalam kitab Manhajul Anbiya’ fid Da’wati ilallahi (I/8) bahwa kitab-kitab aqidah itu itu isinya banyak yang jafaf (sia-sia). Dan ucapan Surur ini ketika ditanyakan kepada Syaikh Utsaimin dan Syaikh Fauzan, mereka menjawab : “kufur”.
-
Dia menuduh para ulama aqidah sebagai hambanya hambanya hamba dan tuan mereka yang terakhir adalah Nasrani, dikarenakan mereka adalah pendusta dan munafik. (Majalah as-Sunnah, no. 23 dan 26, terbitan al-Muntada al-Islami London; lihat pula al-Quthbiyah hiyal fitnah fa’rifuuha, karya al-Adnani, hal. 89)
-
Dia memuji orang yang memperbolehkan seorang muslim untuk berpindah agama menjadi Yahudi dan Nasrani dan orang yang melarang untuk mengkafirkan Yahudi dan nasrani, yaitu DR. Hasan at-Turabi. Surur menyebutnya sebagai “imam”, “alim” dan “da’i besar Islam”.
-
Dia mengkafirkan dengan sebab dosa besar sebagaimana di dalam kitabnya Manhaj ad-Da’wah : I/158.
-
Dia menuduh Haiah Kibar al-Ulama’ (Lembaga Ulama Besar) berpemikiran Masoniyah (Freemasonry). (at-Tanbih, hal. 9).
-
Dia membela orang yang menuduh Syaikh al-Albani sebagai Ilmani (sekuler). Dst…
[25].
Syaikh
rahimahullahu di sini tidak memaksudkan untuk membela nama-nama
yang disebut di atas. Namun syaikh di sini bermaksud menunjukkan
fakta yang lain, yaitu mudahnya orang-orang yang berintisab
dengan salafiy menuduh saudara-saudara salafiy lainnya
yang melakukan satu, dua atau beberapa kesalahan yang sama dengan
kesalahan surur atau safar dengan gelar-gelar sebagaimana di atas,
tanpa ada nasehat, kelemahlembutan, kecintaan dan semisalnya. Bahkan
mereka lebih senang untuk mentahdzir dan menggelari
saudara-saudara mereka yang salah itu dengan gelar-gelar yang buruk
ketimbang mereka mengajak mereka untuk kembali ke
al-Haq.
Syaikh Ibrahim
ar-Ruhaili
hafizhahullahu berkata ketika ditanya tentang sururiyun
: “Sururiyah termasuk istilah yang baru, para ulama telah
berbicara tentang mereka dan tentunya ini dikembalikan kepada orang
yang telah banyak meneliti, adapun globalnya mereka adalah yang
menisbatkan dirinya kepada Muhammad Surur Zainal Abidin… akan
tetapi tidak benar untuk menisbatkan setiap orang yang menyeleweng
dalam masalah ini kepada sururiyah, terkadang seseorang itu
akidahnya berada di atas aqidah ahlus sunnah dan tidak ada
hubungannya sama sekali dengan mereka, tapi dia telah menyeleweng
dan penyelewengannya itu masuk dalam sururiyun, maka tidak boleh
kita memecah belah manusia (dengan menuduhnya sururi)… sebab
jika kita menggolong-golongkan manusia dan menisbatkan mereka, maka
akan sangat susah mereka kembali ke al-haq setelah itu…” (lih.
Nasehat Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili untuk Salafiyin,
hari Jum’at, 12 Muharam 1422 H, yang diterjemahkan oleh Ust.
Badru Salam, disebarkan oleh Majlis Ta’lim Al-Furqon, Bogor).
Jawaban syaikh ini
menunjukkan bahwa betapa banyak saudara-saudara kita –yang berintisab
dengan salafiyin- begitu sangat mudahnya memberi gelar kepada
saudara-saudara mereka yang –mungkin- jatuh ke dalam satu, dua atau
beberapa kesalahan dengan tuduhan-tuduhan dan gelar keji, semisal
sururi, hizbi, turotsi, irsyadi dan semisalnya… padahal belum
ada munashohah dan munadhoroh dalam masalah ini.
Sehingga bukannya malah maslahat yang diperoleh, namun malah
perpecahan, permusuhan dan kebencian yang didapat. Belum lagi dakwah
akan semakin terhambat karena kaum hizbiyun akan bertepuk
tangan dengan gembira dan menjadikannya sebagai bumerang untuk
menjauhi dakwah salafiyah mubarokah ini.
Ikuti @Rm2Ram
0 komentar:
Posting Komentar
BUDAYAKAN BERKOMENTAR
SARAN DAN KRITIK MENBANTU SAYA DALAM PENULISAN BLOG SELANJUT NYA