013

Written By RM2 AREIF ME on Kamis, 12 April 2012 | 05.33


Pada zaman ini, aku tidak menasehatkan atau menganjurkan untuk menggunakan hajr sebagai solusi karena mudharatnya lebih besar ketimbang manfaatnya. Dan dalil terbesar adalah fitnah yang sekarang ini terjadi di Hijaz. Mereka semua dipersatukan oleh dakwah tauhid, dakwah kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun, sebagian di antara mereka memiliki kegiatan khusus, baik dalam bidang politik atau dalam sejumlah pemikiran yang sebelumnya tidak dikenal dari seorang pun ulama, yang bisa jadi pemikiran tersebut kadang benar dan kadang salah. Maka kita tidak sabar untuk mendengar sesuatu yang baru, terutama apabila perkaranya adalah suatu yang tampak jelas oleh kita sebagai suatu kemungkaran, sehingga kita langsung begitu saja memeranginya.
Ini adalah suatu kesalahan wahai saudaraku… ini adalah kesalahan!!! Apa kau mengharap teman yang tak punya kesalahan sedikitpun? Namun apakah kayu gaharu dapat terbakar tanpa mengeluarkan asap???
Kami berangan-angan sekiranya Ikhwanul Muslimin hanya sama seperti kita dalam masalah tauhid, itu saja. Hanya sama dalam tauhid saja sehingga Anda bisa bersama mereka namun mereka tidak ridha bersama kita walaupun dalam masalah aqidah. Mereka menganggap bahwa menghidupkan khilafiyah hanya mencerai-beraikan barisan dan seterusnya… Mereka, saudara-saudara kita tersebut, menyempal dari mereka sebuah jama’ah atau mereka yang menyempal dari jama’ah –wallahu a’lam-, mereka itu (sebenarnya) bersama kita di atas jalan kita, yakni al-Qur’an, as-Sunnah dan di atas manhaj as-Salaf ash-Shalih. Hanya saja mereka membawa suatu pemikiran baru yang kenyataannya sebagiannya salah dan sebagiannya benar.
Lantas, mengapa kita sekarang menyebarkan di antara kita dan sebagian kita kepada sebagian yang lain, perpecahan dan tahazzub (berpartai-partai) dan ta’ashshub (fanatisme? Padahal dulu kita –ahlus sunnah- adalah satu kelompok, lalu kemudian menjadi dua kelompok dan kemudian menjadi tiga kelompok. Jadilah ahlus sunnah (dengan sebutan) Safariyyun,[23] Sururiyyun.[24] dan seterusnya…[25]  Allohu Akbar!!! Yang memecah belah mereka hanyalah suatu perkara yang tidak layak untuk menjadi sebab perpecahan. Tidak ada perbedaan pada perkara-perkara besar yang tidak terbayangkan bahwa salafiyyun akan bertikai di dalamnya. Kita semua tahu dengan baik bahwa para sahabat berselisih di dalam beberapa permasalahan, namun manhaj mereka tetap satu!!!
Jadi, apabila ada sejumlah orang yang menyeleweng dari jama’ah ahlus sunnah atau ath-Tha’ifah al-Manshurah, maka hendaknya kita mensikapi mereka dengan lemah lembut dan halus wahai saudara, dan kita harus berupaya menjaga mereka agar senantiasa bersama jama’ah. Kita tidak meng­hajr dan mengisolir (muqotho’ah) mereka, kecuali apabila kita khawatir akan suatu keburukan dari mereka. Namun kekhawatiran ini tidaklah muncul dan tampak begitu saja. Tidak sesederhana apabila ada seorang yang menampakkan sebuah pendapat yang menyelisihi pendapat jama’ah maka dengan serta merta kita langsung segera memboikotnya. Kita harus sabar tidak tergesa-gesa dan meneliti lebih dahulu, semoga Alloh memberi petunjuk kepada hatinya atau kemudian telah menjadi jelas atas kita bahwa mengisolir (muqotho’ah)-nya ternyata cara terbaik.
Penanya :
Apakah ada hal lain yang diperlukan selain menegakkan hujjah kepada orang kafir agar dapat digolongkan sebagai kafir, atau kepada seorang mubtadi’ agar dapat digolongkan sebagai mubtadi’, atau maksiat, seperti meyakinkan atau menghilangkan syubhat (keragu-raguan)?
Syaikh :
Tidak, hal ini tidak perlu. Namun apa yang diperlukan adalah ilmu. Karena dengan ilmulah hujjah dapat tegak. Dia (orang yang menegakkan hujjah, pent.) haruslah seorang pewaris nabi (ulama, ed.) dan bukan orang biasa di antara orang-orang yang bermacam-macam.
Penanya :
Apakah jama’ah tabligh termasuk kelompok yang dibicarakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam? Apakah al-Ikhwan dan at-Tabligh termasuk diantara kelompok (yang selamat) yang nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengabarkannya kepada kita??
Syaikh :
Tidak… tidak… al-Ikhwan al-Muslimun di dalam barisan mereka, terdapat anggota-anggotanya yang berasal dari berbagai macam kelompok. Diantara mereka ada yang syi’ah dan lain lain… oleh karena itu, tidaklah benar menyematkan kepada mereka label tunggal. Bahkan sesungguhnya kita katakan siapa saja di antara anggota-anggota mereka yang menggunakan manhaj yang menyelisihi manhaj (salaf), maka individu tersebut bukanlah termasuk al-Firqoh an-Najiyah (golongan yang selamat). Bahkan, ia termasuk golongan yang binasa. Salafiyyun sendiri… apa yang Anda fikirkan? Penilaian terhadap mereka juga dibuat pada tiap individunya masing-masing…

(Selesai)


[23]. Penisbatan kepada Safar Hawali, salah seorang  warga Negara Arab Saudi yang memiliki penyimpangan dalam masalah takfir dan memiliki buku-buku yang bernuansa politis dan isinya menuduh para ulama dengan tuduhan-tuduhan keji, semisal tidak faham waqi’ (realita), bodoh, mudah dibohongi penguasa, dan semisalnya. Dia juga menuduh Syaikh al-Albani sebagai murji’ah di dalam bukunya Zhahiratul Irja’. Dia memiliki buku yang berjudul al-Wa’du Kissinger yang dianggap fenomenal oleh pengikutnya, terutama ketika kasus “teluk” sedang panas-panasnya. Syaikh Albani di dalam kaset lain ketika ditanya tentang dirinya beliau menjawab bahwa Safar dan orang-orang yang sepemahaman dengan dirinya adalah khorijiyah ashriyah (Neo khowarij). Lihat pula pembahasan tentang Safar Hawali oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani di dalam kitab Madarikun Nazhor fis Siyasah.
[24]. Penisbatan kepada Muhammad Surur Zainal ‘Abidin., mantan Ikhwanul Muslimin yang beralih ke manhaj salaf namun pada akhirnya nuansa ikhwani pada dirinya masih kental. Syaikh Ahmad Yahya an-Najmi hafizhahullahu dalam al-Fatawa al-Jaliyah menyatakan bahwa pada dirinya terdapat sya’iun (sesuatu) dari sunnah dan sesuatu dari bid’ah, syaikh an-Najmi meringkas tiga kesalahan utamanya yaitu : (1) menyerukan untuk melawan penguasa kaum muslimin, (2) jihad dalam artian keluar memerangi penguasa kaum muslimin dan (3) menuduh para ulama bodoh terhadap fiqhul waqi’. Syaikh ‘Abdul Wahhab al-Washobi al-‘Abdali di dalam Isyruuna Ma’khudzan ‘alas Sururiyyah menjelaskan 20 kesalahan Muhammad Surur. Berikut ini akan kami nukilkan beberapa di antaranya :
  1. Dia (Surur) mengatakan di dalam kitab Manhajul Anbiya’ fid Da’wati ilallahi (I/8) bahwa kitab-kitab aqidah itu itu isinya banyak yang jafaf (sia-sia). Dan ucapan Surur ini ketika ditanyakan kepada Syaikh Utsaimin dan Syaikh Fauzan, mereka menjawab : “kufur”.
  2. Dia menuduh para ulama aqidah sebagai hambanya hambanya hamba dan tuan mereka yang terakhir adalah Nasrani, dikarenakan mereka adalah pendusta dan munafik. (Majalah as-Sunnah, no. 23 dan 26, terbitan al-Muntada al-Islami London; lihat pula al-Quthbiyah hiyal fitnah fa’rifuuha, karya al-Adnani, hal. 89)
  3. Dia memuji orang yang memperbolehkan seorang muslim untuk berpindah agama menjadi Yahudi dan Nasrani dan orang yang melarang untuk mengkafirkan Yahudi dan nasrani, yaitu DR. Hasan at-Turabi. Surur menyebutnya sebagai “imam”, “alim” dan “da’i besar Islam”.
  4. Dia mengkafirkan dengan sebab dosa besar sebagaimana di dalam kitabnya Manhaj ad-Da’wah : I/158.
  5. Dia menuduh Haiah Kibar al-Ulama’ (Lembaga Ulama Besar) berpemikiran Masoniyah (Freemasonry). (at-Tanbih, hal. 9).
  6. Dia membela orang yang menuduh Syaikh al-Albani sebagai Ilmani (sekuler). Dst…
[25]. Syaikh rahimahullahu di sini tidak memaksudkan untuk membela nama-nama yang disebut di atas. Namun syaikh di sini bermaksud menunjukkan fakta yang lain, yaitu mudahnya orang-orang yang berintisab dengan salafiy menuduh saudara-saudara salafiy lainnya yang melakukan satu, dua atau beberapa kesalahan yang sama dengan kesalahan surur atau safar dengan gelar-gelar sebagaimana di atas, tanpa ada nasehat, kelemahlembutan, kecintaan dan semisalnya. Bahkan mereka lebih senang untuk mentahdzir dan menggelari saudara-saudara mereka yang salah itu dengan gelar-gelar yang buruk ketimbang mereka mengajak mereka untuk kembali ke al-Haq.
Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili hafizhahullahu berkata ketika ditanya tentang sururiyun : “Sururiyah termasuk istilah yang baru, para ulama telah berbicara tentang mereka dan tentunya ini dikembalikan kepada orang yang telah banyak meneliti, adapun globalnya mereka adalah yang menisbatkan dirinya kepada Muhammad Surur Zainal Abidin… akan tetapi tidak benar untuk menisbatkan setiap orang yang menyeleweng dalam masalah ini kepada sururiyah, terkadang seseorang itu akidahnya berada di atas aqidah ahlus sunnah dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan mereka, tapi dia telah menyeleweng dan penyelewengannya itu masuk dalam sururiyun, maka tidak boleh kita memecah belah manusia (dengan menuduhnya sururi)… sebab jika kita menggolong-golongkan manusia dan menisbatkan mereka, maka akan sangat susah mereka kembali ke al-haq setelah itu…” (lih. Nasehat Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili untuk Salafiyin, hari Jum’at, 12 Muharam 1422 H, yang diterjemahkan oleh Ust. Badru Salam, disebarkan oleh Majlis Ta’lim Al-Furqon, Bogor).
Jawaban syaikh ini menunjukkan bahwa betapa banyak saudara-saudara kita –yang berintisab dengan salafiyin- begitu sangat mudahnya memberi gelar kepada saudara-saudara mereka yang –mungkin- jatuh ke dalam satu, dua atau beberapa kesalahan dengan tuduhan-tuduhan dan gelar keji, semisal sururi, hizbi, turotsi, irsyadi dan semisalnya… padahal belum ada munashohah dan munadhoroh dalam masalah ini. Sehingga bukannya malah maslahat yang diperoleh, namun malah perpecahan, permusuhan dan kebencian yang didapat. Belum lagi dakwah akan semakin terhambat karena kaum hizbiyun akan bertepuk tangan dengan gembira dan menjadikannya sebagai bumerang untuk menjauhi dakwah salafiyah mubarokah ini.



Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

BUDAYAKAN BERKOMENTAR
SARAN DAN KRITIK MENBANTU SAYA DALAM PENULISAN BLOG SELANJUT NYA